BAB I
PENDAHULUAN
I. I Latar Belakang
Dengan diproklamirkannya Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (ZEEI ) 200 mil dari batas perairan teritorial
tanggal 21 Maret 1980, maka luas perairan Indonesia bertambah menjadi ± 5,8
juta Km2. Bertambah luasnya perairan Indonesia memberi harapan baru
yang menguntungkan bagi perkembangan perikanan laut.
Potensi lestari sumberdaya
hayati perikanan tuna di perairan teritorial dan ZEEI diperkirakan 258,8 ribu
ton per tahun (Anonymus,1983 ). Bertambahnya potensi perikanan tuna
dari ZEEI merupakan tantangan bagi kita untuk dapat mengelola dan
memanfaatkannya secara rasional.
Long Line merupakan
salah satu alat tangkap yang efektif dan khusus ditujukan untuk menangkap ikan
tuna, karena konstruksinya mampu menjangkau kedalaman renang ( Swimming
layer ) dan sangat sesuai untuk dioperasikan di perairan ZEEI 200 mil.
Ikan tuna merupakan salah satu komoditas
perikanan yang mempunyai nilai tambah yang cukup berarti dipasaran ikan
Internasional. Hal ini terbukti dengan adanya permintaan tuna segar dipasaran
Jepang yang mencapai 250 – 350 ton per hari, sehingga hal ini menjadi suatu
tantangan bagi Indonesia yang mempunyai potensi lestari khusus untuk ikan tuna
sebesar 258,8 ribu ton / tahun.
I.2 Tujuan
1.
Mengetahui konsep teknologi penangkapan ikan pole and
line.
2.
Sebagai tugas perbaikan nilai dari mata kuliah Wawasan
Ilmu Pengetahuan Alam, Teknologi, dan Seni.
BAB II
PEMBAHSAN
2.1
Line Fishing
Long Line (rawai) termasuk kedalam teknologi
penangkapan ikan yang menggunakan pancing atau biasa disebut dengan Line Fishing. Istilah lain biasa juga
disebut dengan hook and line atau angling yaitu alat penangkapan ikan yang
terdiri dari tali dan mata pancing. Semua alat tangkap tersebut dalam teknik
penangkapannya menggunakan pancing. Umumnya pada mata pancingnya dipasang
umpan, baik umpan asli maupun umpan buatan yang berfungsi untuk menarik perhatian
ikan. Umpan asli dapat berupa ikan, udang, atau organisme lainnya yang hidup
atau mati, sedangkan umpan buatan dapat terbuat dari kayu, plastik dan
sebagainya yang menyerupai ikan atau yang lainnya.
Dibandingkan
dengan alat-alat penangkapan ikan lainnya, alat tangkap pancing inilah yang
prinsipnya tidak banyak mengalami kemajuan. Karena hannya meletakkan umpan pada
mata pancing, lalu pancing diberi tali. Setelah umpan dimakan oleh ikan maka
mata pancing juga akan termakan oleh ikand dan dengan tali kemudian ditarik ke
darat. Dalam teknisnya banyak mengalami kemajuan, misalnya benang yang dipakai
berwarna sedemikian rupa sehingga tidak tampak dalam air, umpan diberi
bau-bauan sehingga dapat memberikan rangsangan untuk dimakan, benetuknya diolah
sedemikian rupa sehingga menyerupai umpan yang umum disenangi oleh ikan yang
menjadi tujuan penangkapan secara alamiah (Ayodhyoa,1981)
Sebagai
alat penangkapan ikan, alat pancing terdiri dari mata pancing, tali pancing,
umpan, dan berbagai perlengkapan lainnya seperti joran, pelampung, pemberat,
dan lain-lain. Dibandingkan dengan alat penangkapan ikan lainnya, menurut
Ayodhyoa (1981) alat penangkapan ini mempunyai segi positif dan beberapa
kelemaha, antara lain:
Segi positif, yaitu:
1.
Alat-alat pancing tidak susah dala strukturnya dan
operainya dapat dilakukan dengan mudah.
2.
Organisasi usahanya kecil, sehingga dengan modal
sedikit usaha sudah dapat berjalan (bergantung jenis usaha pancingnya), manusia
dengan sedikit usaha sudah dapat menjalankannya.
3.
Syarat-syarat fishing ground (daerah penangkapan)
relatif sedikit dan dapat dengan bebas memilih.
4.
Pengaruh cuaca, suasana laut dan sebagainya relatif
kecil.
5.
Ikan-ikan yang tertangkap seekor demi seekor sehingga
kesegarannya dapat dijamin.
Beberapa kelemahannya,
yaitu:
1.
Dibandingkan dengan perikanan jarring, maka untuk
mendapatkan hasil tangkapan yang banyak jumlahnya dalam waktu yang singkat
tidak mungkin dilakukan.
2.
Memerlukan umpan, sehingga ada tidaknya umpan alan
berpengaruh terhadap jumlah kali operasi yang dapat dilkukan.
3.
Keahlian perseorangan sangat menonjol, pada tempat,
waktu dan syarat-syarat lainnya sama, hasil tangkapan yang diperoleh belum
tentu sama dengan orang lain.
4.
Pancing terhadap ikan adalah pasif, dengan demikian
tertangkapnya ikan tersebut sangat ditentukan oleh tertariknya ikan untuk
memakan umpan.
2.2
Long Line (Rawai)
Rawai (long line) terdiri dari rangkaian tali utama dan tali pelampung,
dimana pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang
pendek dan berdiameter lebih kecil, dan di ujung tali cabang ini diikatkan
pancing yang berumpan.
Ada beberapa jenis alat tangkap
long line. Ada yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu
tertentu disebut rawai tetap atau bottom
long line atau set long line digunakan
untuk menangkap ikan-ikan demersal (ikan dasar) . Ada juga Rawai yang hanyut
biasa disebut drift long line
digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis (ikan permukaan). Yang paling
terkenal adalah tuna long line atau disebut juga dengan rawai tuna.
Gambar 2.1
Salah satu
jenis rawai hanyut (drift long line) dan rawai tetap (set long line) (Anonim,
1975)
Walaupun kenyataannya bahwa hasil
tangkapannya bukan hanya jenis ikan tuna tetapi juga jenis-jenis ikan pelagis
lainnya seperti layaran, ikan hiu, dll.
Gambar 2.2
Jenis ikan
hasil tangkap tuna long line bukan hanya jeni ikan tuna tetapi juga beberapa jenis ikan pelagis
lainnya.
Secara prinsip rawai tuna sama dengan rawai lainnya,
namun mengingat berbagai factor biologi ikan sasaran, teknis pemakaian dan
pengoperasian alat, komponen alat bantu, kapal yang tersedia, maka dilakukan
berbagaai penyesuaian.
2.3
Bahan Tali Pancing
Bahan tali pancing dapat
terbuat dari bahan monofilament (biasanya PA) atau multifilament (biasanya PES
seperti terylene, PVA seperti kuralon atau PA seperti nylon). Perbedaan
pemakaian bahan ini akan mempengaruhi jenis hauler yang diperlukan. Beberapa perbedaan
dari kedua jenis bahan tersebut dipandang dari segi teknis adalah sebagai
berikut.
a.
Bahan multifilament labih berat dan mahal disbanding
monofilament, lebih mudah dirakit dan lebih cocok digunakan untuk kapal-kapal
kecil.
b.
Bahan multifilament lebih tahan lama dan mudah
ditangani. Karena itu, rawai multifilament harganya relatif lebih rendah.
c.
Karena lebih kecil, halus, dan transparan maka
pemakaian monofilament dinilai akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada
multifilament.
2.4
Fishing Deph (Kedalaman Operasi)
Dilihat dari segi
kedalaman operasi (fishing depth)
rawai tuna dibagi menjadi dua, yaitu yang bersifat dangkal (subsurface), dan yang bersifat dalam (deep) yang pancingnya berada pada
kedalaman 100 – 300 meter. Perbedaan kedua jenis ini antara lain pada tipe
dangkal satu basket rawai diberi sekitar 5 pancing, sedangkan pada tipe dalam
diberi sekitar 11 – 13 pancing sehingga lengkung tali utama menjadi lebih
dalam. Sifat dari kedua tipe ini, antara lain:
a.
Rawai tipe dalam memerlukan line hauler yang lebih kuat
dibandingkan tipe dekat permukaan.
b.
Rawai tipe dalam menangkap jenis big eye lebih banyak
(sehingga nilai produksinya lebih baik) disbanding tipe dekat permukkaan. Tuna
yang tertangkap dengan rawai dangkal didominasi oleh yellowfin tuna yang
harganya lebih murah disbanding big eye.
Pelepasan pancing
(setting) dilakukan menurut garis serong atau tegak lurus pada arus. Waktu
melepas pancing biasanya dini hari tergantung jumlah basket yang akan
dipasang karena diharapkansetting selesai pada pagi hari jam 07.00 saat
ikan giat cari mangsa. Akan tetapi pengoperasian siang hari pun bisa dilakukan.
Namun akibatnya penarikan pancing ( hauling ) jatuh pada waktu sore
hari.
2.5
Jenis Umpan
Jenis umpan yang
digunakan pada tuna long line umumnya adalah jenis ikan yang mempunyai sisik
mengkilat, tidak cepat busuk, dan rangka tulangnya kuat sehingga tidak mudah
lepas dari pancing bila tidak disambar oleh ikan. Umpan dalam pengoperasian
alat tankap ini berfungsi sebagai alat pemikat ikan. Jenis umpan yang digunakan
umumnya ikan pelagis kecil seperti lemuru (Sardinella
sp), laying (Decopterus sp),
kembung (Rastrelliger sp), dan bandeng (chanos-chanos)
Selain umpan asli, pada
alat tangkap long line juga bisa menggunakan umpan buatan yang terbuat dari
kayu atau plastik yang menyerupai ikan, udang, dll. Alat ini tidak banyak
mengalami kemajuan karena hanya melekatkan umpan pada mata pancing. Kemudian
diberikan bau-bauan sehingga dapat memberikan rangsangan kepada ikan, bentuknya
diolah sedemikian rupa sehingga menyerupai ikan yang umumnya disenangi oleh
ikan.
2.6
Bagian-Bagian Tuna Long Line
Seperti halnya pada alat
penangkapan ikan lainnya, satu unit alat tangkap tuna long line terdiri dari
kapal yang dirancang khusus, alat tangkap dan crew. Kapal-kapal tuna long line
modern bagian belakang telah dirancang dengan baik sehingga memudahkan operasi
dan pengaturan alat tangkap.
BAB III
PENUTUP
3.1 Keimpulan
Penerapan
konsep teknologi dalam bidang akuakultur memang sangat dibutuhkan demi
meningkatkan hasil/mendapatkan hasil yang maksimal. Namun demikian, kita juga
memiliki tanggung jawab dari segala akibatnya, yaitu terhadap kelanjutan
lingkungan kedepannya, oleh sebab itu dibutuhkan inovasi teknologi yang lebih
ramah lingkungan sehingga dapat menjadi solusi bagi peningkatan daya saing dan
produksi komoditi perikanan yang berkelanjutan.
3.2 Saran
Kegiatan
akuakultur merupakan kegiatan yang sangat mendukung program perikanan
berkelanjutan. Oleh sebab itu kegiatan akuakultur ini bisa menjadi pilihan alternatif
bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Akuakultur
weblog. Bioteknologi dalam Akuakultur http://akuakultur.wordpress.com/2006/12/12/bioteknologi-dalam-akuakultur/.
Diakses pada tanggal 19 april 2012.
Akuakultur yang Ramah; Inovasi Teknologi Masa Depan
.http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/13/akuakultur-yang-ramah-inovasi-teknologi-masa-depan/.
Diakses pada tanggal 19 april 2012.
Balai mulkan. Tuna Long Line. http://balaimulkan.blogspot.com/2012/07/tuna-long-line.html. Diakses pada tanggal 19 april 2012
0 komentar:
Posting Komentar