Senin, 09 Juli 2012

Tuna Long Line


BAB I
PENDAHULUAN
I. I Latar Belakang
            Dengan diproklamirkannya Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI ) 200 mil dari batas perairan teritorial tanggal 21 Maret 1980, maka luas perairan Indonesia bertambah menjadi ± 5,8 juta Km2. Bertambah luasnya perairan Indonesia memberi harapan baru yang menguntungkan bagi perkembangan perikanan laut.
Potensi lestari sumberdaya hayati perikanan tuna di perairan teritorial dan ZEEI diperkirakan 258,8 ribu ton per tahun (Anonymus,1983 ). Bertambahnya potensi perikanan tuna dari ZEEI merupakan tantangan bagi kita untuk dapat mengelola dan memanfaatkannya secara rasional.

Long Line merupakan salah satu alat tangkap yang efektif dan khusus ditujukan untuk menangkap ikan tuna, karena konstruksinya mampu menjangkau kedalaman renang ( Swimming layer ) dan sangat sesuai untuk dioperasikan di perairan ZEEI 200 mil.
                Ikan tuna merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai tambah yang cukup berarti dipasaran ikan Internasional. Hal ini terbukti dengan adanya permintaan tuna segar dipasaran Jepang yang mencapai 250 – 350 ton per hari, sehingga hal ini menjadi suatu tantangan bagi Indonesia yang mempunyai potensi lestari khusus untuk ikan tuna sebesar 258,8 ribu ton / tahun.


I.2 Tujuan
1.      Mengetahui konsep teknologi penangkapan ikan pole and line.
2.      Sebagai tugas perbaikan nilai dari mata kuliah Wawasan Ilmu Pengetahuan Alam, Teknologi, dan Seni.


BAB II
PEMBAHSAN
2.1   Line Fishing

Long Line (rawai) termasuk kedalam teknologi penangkapan ikan yang menggunakan pancing atau biasa disebut dengan Line Fishing. Istilah lain biasa juga disebut dengan hook and line atau angling yaitu alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing. Semua alat tangkap tersebut dalam teknik penangkapannya menggunakan pancing. Umumnya pada mata pancingnya dipasang umpan, baik umpan asli maupun umpan buatan yang berfungsi untuk menarik perhatian ikan. Umpan asli dapat berupa ikan, udang, atau organisme lainnya yang hidup atau mati, sedangkan umpan buatan dapat terbuat dari kayu, plastik dan sebagainya yang menyerupai ikan atau yang lainnya.
            Dibandingkan dengan alat-alat penangkapan ikan lainnya, alat tangkap pancing inilah yang prinsipnya tidak banyak mengalami kemajuan. Karena hannya meletakkan umpan pada mata pancing, lalu pancing diberi tali. Setelah umpan dimakan oleh ikan maka mata pancing juga akan termakan oleh ikand dan dengan tali kemudian ditarik ke darat. Dalam teknisnya banyak mengalami kemajuan, misalnya benang yang dipakai berwarna sedemikian rupa sehingga tidak tampak dalam air, umpan diberi bau-bauan sehingga dapat memberikan rangsangan untuk dimakan, benetuknya diolah sedemikian rupa sehingga menyerupai umpan yang umum disenangi oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan secara alamiah (Ayodhyoa,1981)
            Sebagai alat penangkapan ikan, alat pancing terdiri dari mata pancing, tali pancing, umpan, dan berbagai perlengkapan lainnya seperti joran, pelampung, pemberat, dan lain-lain. Dibandingkan dengan alat penangkapan ikan lainnya, menurut Ayodhyoa (1981) alat penangkapan ini mempunyai segi positif dan beberapa kelemaha, antara lain:
            Segi positif, yaitu:
1.      Alat-alat pancing tidak susah dala strukturnya dan operainya dapat dilakukan dengan mudah.
2.      Organisasi usahanya kecil, sehingga dengan modal sedikit usaha sudah dapat berjalan (bergantung jenis usaha pancingnya), manusia dengan sedikit usaha sudah dapat menjalankannya.
3.      Syarat-syarat fishing ground (daerah penangkapan) relatif sedikit dan dapat dengan bebas memilih.
4.      Pengaruh cuaca, suasana laut dan sebagainya relatif kecil.
5.      Ikan-ikan yang tertangkap seekor demi seekor sehingga kesegarannya dapat dijamin.

Beberapa kelemahannya, yaitu:
1.      Dibandingkan dengan perikanan jarring, maka untuk mendapatkan hasil tangkapan yang banyak jumlahnya dalam waktu yang singkat tidak mungkin dilakukan.
2.      Memerlukan umpan, sehingga ada tidaknya umpan alan berpengaruh terhadap jumlah kali operasi yang dapat dilkukan.
3.      Keahlian perseorangan sangat menonjol, pada tempat, waktu dan syarat-syarat lainnya sama, hasil tangkapan yang diperoleh belum tentu sama dengan orang lain.
4.      Pancing terhadap ikan adalah pasif, dengan demikian tertangkapnya ikan tersebut sangat ditentukan oleh tertariknya ikan untuk memakan umpan.

2.2   Long Line (Rawai)

Rawai (long line) terdiri dari rangkaian tali utama dan tali pelampung, dimana pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan berdiameter lebih kecil, dan di ujung tali cabang ini diikatkan pancing yang berumpan.
Ada beberapa jenis alat tangkap long line. Ada yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu tertentu disebut rawai tetap atau bottom long line atau set long line digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal (ikan dasar) . Ada juga Rawai yang hanyut biasa disebut drift long line digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis (ikan permukaan). Yang paling terkenal adalah tuna long line atau disebut juga dengan rawai tuna.


Gambar 2.1
Salah satu jenis rawai hanyut (drift long line) dan rawai tetap (set long line) (Anonim, 1975)
Walaupun kenyataannya bahwa hasil tangkapannya bukan hanya jenis ikan tuna tetapi juga jenis-jenis ikan pelagis lainnya seperti layaran, ikan hiu, dll.


Gambar 2.2
Jenis ikan hasil tangkap tuna long line bukan hanya jeni ikan  tuna tetapi juga beberapa jenis ikan pelagis lainnya.

Secara prinsip rawai tuna sama dengan rawai lainnya, namun mengingat berbagai factor biologi ikan sasaran, teknis pemakaian dan pengoperasian alat, komponen alat bantu, kapal yang tersedia, maka dilakukan berbagaai penyesuaian.



2.3   Bahan Tali Pancing

Bahan tali pancing dapat terbuat dari bahan monofilament (biasanya PA) atau multifilament (biasanya PES seperti terylene, PVA seperti kuralon atau PA seperti nylon). Perbedaan pemakaian bahan ini akan mempengaruhi jenis hauler yang diperlukan. Beberapa perbedaan dari kedua jenis bahan tersebut dipandang dari segi teknis adalah sebagai berikut.

a.       Bahan multifilament labih berat dan mahal disbanding monofilament, lebih mudah dirakit dan lebih cocok digunakan untuk kapal-kapal kecil.
b.      Bahan multifilament lebih tahan lama dan mudah ditangani. Karena itu, rawai multifilament harganya relatif lebih rendah.
c.       Karena lebih kecil, halus, dan transparan maka pemakaian monofilament dinilai akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada multifilament.

2.4   Fishing Deph (Kedalaman Operasi)

Dilihat dari segi kedalaman operasi (fishing depth) rawai tuna dibagi menjadi dua, yaitu yang bersifat dangkal (subsurface), dan yang bersifat dalam (deep) yang pancingnya berada pada kedalaman 100 – 300 meter. Perbedaan kedua jenis ini antara lain pada tipe dangkal satu basket rawai diberi sekitar 5 pancing, sedangkan pada tipe dalam diberi sekitar 11 – 13 pancing sehingga lengkung tali utama menjadi lebih dalam. Sifat dari kedua tipe ini, antara lain:

a.       Rawai tipe dalam memerlukan line hauler yang lebih kuat dibandingkan tipe dekat permukaan.
b.      Rawai tipe dalam menangkap jenis big eye lebih banyak (sehingga nilai produksinya lebih baik) disbanding tipe dekat permukkaan. Tuna yang tertangkap dengan rawai dangkal didominasi oleh yellowfin tuna yang harganya lebih murah disbanding big eye.

Pelepasan pancing (setting) dilakukan menurut garis serong atau tegak lurus pada arus. Waktu melepas pancing biasanya dini hari tergantung jumlah basket yang akan dipasang karena diharapkansetting selesai pada pagi hari jam 07.00 saat ikan giat cari mangsa. Akan tetapi pengoperasian siang hari pun bisa dilakukan. Namun akibatnya penarikan pancing ( hauling ) jatuh pada waktu sore hari.

2.5   Jenis Umpan

Jenis umpan yang digunakan pada tuna long line umumnya adalah jenis ikan yang mempunyai sisik mengkilat, tidak cepat busuk, dan rangka tulangnya kuat sehingga tidak mudah lepas dari pancing bila tidak disambar oleh ikan. Umpan dalam pengoperasian alat tankap ini berfungsi sebagai alat pemikat ikan. Jenis umpan yang digunakan umumnya ikan pelagis kecil seperti lemuru (Sardinella sp), laying (Decopterus sp), kembung (Rastrelliger sp), dan bandeng (chanos-chanos)
Selain umpan asli, pada alat tangkap long line juga bisa menggunakan umpan buatan yang terbuat dari kayu atau plastik yang menyerupai ikan, udang, dll. Alat ini tidak banyak mengalami kemajuan karena hanya melekatkan umpan pada mata pancing. Kemudian diberikan bau-bauan sehingga dapat memberikan rangsangan kepada ikan, bentuknya diolah sedemikian rupa sehingga menyerupai ikan yang umumnya disenangi oleh ikan.

2.6   Bagian-Bagian Tuna Long Line

Seperti halnya pada alat penangkapan ikan lainnya, satu unit alat tangkap tuna long line terdiri dari kapal yang dirancang khusus, alat tangkap dan crew. Kapal-kapal tuna long line modern bagian belakang telah dirancang dengan baik sehingga memudahkan operasi dan pengaturan alat tangkap.

BAB III
PENUTUP
3.1 Keimpulan
            Penerapan konsep teknologi dalam bidang akuakultur memang sangat dibutuhkan demi meningkatkan hasil/mendapatkan hasil yang maksimal. Namun demikian, kita juga memiliki tanggung jawab dari segala akibatnya, yaitu terhadap kelanjutan lingkungan kedepannya, oleh sebab itu dibutuhkan inovasi teknologi yang lebih ramah lingkungan sehingga dapat menjadi solusi bagi peningkatan daya saing dan produksi komoditi perikanan yang berkelanjutan.
3.2 Saran
            Kegiatan akuakultur merupakan kegiatan yang sangat mendukung program perikanan berkelanjutan. Oleh sebab itu kegiatan akuakultur ini bisa menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangannya.



DAFTAR PUSTAKA
Akuakultur weblog. Bioteknologi dalam Akuakultur http://akuakultur.wordpress.com/2006/12/12/bioteknologi-dalam-akuakultur/. Diakses pada tanggal 19 april 2012.
Akuakultur yang Ramah; Inovasi Teknologi Masa Depan .http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/13/akuakultur-yang-ramah-inovasi-teknologi-masa-depan/. Diakses pada tanggal 19 april 2012.
Balai mulkan. Tuna Long Line. http://balaimulkan.blogspot.com/2012/07/tuna-long-line.html. Diakses pada tanggal 19  april 2012

0 komentar:

Posting Komentar